Senin, 03 Agustus 2015

Mengapa Ada Maksiat Di Bulan Ramadhan Padahal Setan-setan Telah Dibelenggu . ..

Assalamualaikum

1.      Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﻓُﺘِّﺤَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﻏُﻠِّﻘَﺖْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﺳُﻠْﺴِﻠَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦ
“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, terbukalah pintu-pintu surga dan tertutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan pun terbelenggu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)
2.      Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺮﻃﺒﻲ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺭﺟﺢ ﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﻓﺈﻥ ﻗﻴﻞﻛﻴﻒ ﻧﺮﻯ ﺍﻟﺸﺮﻭﺭ ﻭﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻰ ﻭﺍﻗﻌﺔ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻓﻠﻮ ﺻﻔﺪﺕ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﻊ ﺫﻟﻚ ﻓﺎﻟﺠﻮﺍﺏ ﺃﻧﻬﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﺗﻘﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﺼﺎﺋﻤﻴﻦ ﺍﻟﺼﻮﻡ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﻮﻓﻆ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻭﻃﻪ ﻭﺭﻭﻋﻴﺖ ﺍﺩﺍﺑﻪ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺼﻔﺪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻭﻫﻢ ﺍﻟﻤﺮﺩﺓ ﻻﻛﻠﻬﻢ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺎﺕ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺗﻘﻠﻴﻞ ﺍﻟﺸﺮﻭﺭ ﻓﻴﻪ ﻭﻫﺬﺍ ﺃﻣﺮ ﻣﺤﺴﻮﺱ ﻓﺈﻥ ﻭﻗﻮﻉ ﺫﻟﻚ ﻓﻴﻪ ﺃﻗﻞ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻩ ﺍﺫﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﺗﺼﻔﻴﺪ ﺟﻤﻴﻌﻬﻢ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﻊ ﺷﺮ ﻭﻻ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﻷﻥ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﺳﺒﺎﺑﺎ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻛﺎﻟﻨﻔﻮﺱ ﺍﻟﺨﺒﻴﺜﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﺩﺍﺕ ﺍﻟﻘﺒﻴﺤﺔ ﻭﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﺍﻹﻧﺴﻴﺔ .
ﻭﻗﺎﻝ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﻲ ﺗﺼﻔﻴﺪ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺇﺷﺎﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺭﻓﻊ ﻋﺬﺭ ﺍﻟﻤﻜﻠﻒ ﻛﺄﻧﻪ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻗﺪ ﻛﻔﺖ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻋﻨﻚ ﻓﻼ ﺗﻌﺘﻞ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻄﺎﻋﺔ ﻭﻻ ﻓﻌﻞ ﺍﻟﻤﻌﺼﻴﺔ .
“Dan berkata Al-Qurthubi rahimahullah setelah beliau menguatkan pendapat membawa makna hadits ini sesuai zahirnya, maka apabila ditanyakan:
            “Mengapa kita masih melihat banyak kejelekan dan kemaksiatan terjadi di bulan Ramadhan padahal jika memang setan-setan telah dibelenggu, tentunya hal itu tidak akan terjadi?
3.      Jawaban:
Sesungguhnya kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang-orang yang berpuasa apabila pelaksanaan puasanya memperhatikan syarat-syarat puasa dan menjaga adab-adabnya.
4.      Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah sebagian setan, yaitu para pembesar setan bukan seluruhnya, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada sebagian riwayat hadits.
5.      Atau bisa juga maksudnya adalah pengurangan kejelekan-kejelekan di bulan Ramadhan, dan ini sesuatu yang dapat disaksikan, yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan lainnya.
6.      Karena dibelenggunya seluruh setan pun tidak dapat memastikan kejelekan dan kemaksiatan hilang sama sekali, sebab terjadinya kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain setan, seperti jiwa yang jelek, kebiasaan yang tidak baik dan godaan setan-setan dari golongan manusia.
7.      Dan berkata selain Al-Qurthubi tentang dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan adalah isyarat bahwa telah dihilangkannya alasan bagi seorang mukallaf dalam melakukan dosa, seakan dikatakan kepadanya, “Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat”.
(Fathul Bari, 4/114-115)


HADIST HADIST LEMAH YANG SERING TERSEBAR DIBULAN RAMADHAN


1. Hadist :
 شهر رمضان أوله رحمة أوسطه مغفرة وآخره عتق من النار
" Bulan Romadhon awalnya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari neraka "
💥 Hadis Munkar
📚 Kitab Silsilah Al Ahadist Dhoifah Wal Maudhu'ah karya As Syeikh Al Albany 2/262
2. Hadist :
 صوموا تصحوا
" Berpuasalah kalian akan sehat "
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Silsilah Al Ahadist Ad dhoifah Wal Maudhu'ah karya Asy Syeikh Al Albany 1/420
3. Hadist :
 من أفطر يوما من رمضان من غير عذر و لا مرض لم يقضه صوم الدهر وإن صامه
 " Barangsiapa berbuka satu hari di bulan Romadhon tanpa udzur dan tidak sakit maka tidak bisa menggantinya puasa setahun walaupun dia puasa" .
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Dhoif Sunan At Tirmidzi karya Asy Syeikh Al Albany 115
4. Hadist :
 إن لله عند كل فطر عتقاء من النار
 " Sungguh bagi Allah setiap berbuka ada pembebasan (manusia) dari api neraka".
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Al Fawaid Al Majmua'ah Fil Ahadist Al Maudhu'ah karya imam Asy Syaukany 1/257
5. Hadist :
 لو يعلم العباد ما في رمضان لتمنت أمتي أن يكون رمضان السنة كلها
 " Kalau seandainya para hamba tau apa yang ada pada Romadhon maka umatku akan berangan angan bulan romadhon menjadi satu tahun seluruhnya ".
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Almaudhu'at karya Ibnul Jauzy 2/188
6. Hadist :
 اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان
 "Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan bulan Sya'ban dan sampaikan kami di bulan Romadhon".
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Dhoif Al Jami' karya Asy Syeikh Al Albany
7. Hadist :
 الدعاء عند الإفطار : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
 " Doa disaat berbuka : Ya Allah aku berpuasa karenamu dan dengan rezekimu aku berbuka"
💥 Hadist lemah
📚 Kitab Dhoif Al Jami' karya Asy Syeikh Al Albany 4349

Hadits Dhahih Li dzatih

 BUKU : MUSTHALAH AL HADITS.
• PENGARANG : IBNU ‘UTSAIMIN RAHIMAHULLAH.
___________
Bismillahir-Rahmanir-Rahim…
PENJELASAN PENGERTIAN ASH-SHAHIH LI DZATIH
Pada sepuluh pertemuan sebelumnya, kita telah mengetahui secara global bahwa hadits adalah mencakup semua tentang ucapan, perbuatan dan taqrir serta sifat nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana semua itu tidak lepas apakah ia bersifat mutawatir maupun ahad. Dan ahad tidak lepas dari tiga keadaan, baik masyhur, ‘aziz maupun gharib. Dan tiga keadaan tersebut adakalanya masuk dalam kategori maqbul dan adakalanya masuk dalam kategori mardud.
Yang maqbul tidak lepas, baik masuk dalam kategori shahih li dzatih maupun shahih li ghairih, atau masuk dalam kategori hasan li dzatih maupun hasan li ghairih. Adapun yang mardud juga terbagi menjadi dua, ada yang bersifat dha’if yang ringan sehingga bisa menjadi penguat, dan ada yang bersifat dha’if yang syadid sehingga tidak bisa menjadi penguat.
Kemudian pada liqa kita kali ini, insya Allah kita akan mulai masuk menguraikan rincian-rincian dan pendetilan dari semua masail yang berkaitan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Dimana syaikh rahimahullah memulai memberikan penjelasan dengan rincian pada definisi shahih li dzatih.
Berkata asy-syaikh rahimahullah :
شَرحُ تَعرِيفِ الصَّحِيحِ لِذَاتِهِ
PENJELASAN PENGERTIAN ASH-SHAHIH LI DZATIH
سَبَقَ أَنَّ الصَّحِيحَ لِذَاتِهِ : مَا رَوَاهُ عَدلٌ تَامُ الضَّبطِ بِسَنَدٍ مُتَّصِلٍ، وَسَلِمَ مِنَ الشُّذُوذِ وَالعِلَّةِ القَادِحَةِ
Telah berlalu, bahwa Ash-Shahih Li Dzatih yaitu :
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang :
1). “ADL”.
2). “TAM DHABTH”.
3). “SANAD MUTTASHIL”.
4). Selamat dari “SYUDZUDZ”. Dan
5). Selamat dari “ILLAH QADIHAH”.
1). Pertama.
“العَدَالَةُ” (‘Adl-nya Seorang Perawi).
فَالعَدَالَةُ : استِقَامَةُ الدِّينِ وَالمُرُوءَةِ
Al ‘Adalah yaitu :
Istiqamah dalam agama dan istiqamah dalam muru’ah.
a). Istiqamah Dalam Agama.
فَاستِقَامَةُ الدِّينِ : أَدَاءُ الوَاجِبَاتِ، وَاجتِنَابُ مَا يُوجِبُ الفِسقَ مِنَ المُحَرَّمَاتِ
Adapun istiqamah dalam agama yaitu :
(Kontinu dalam) menunaikan kewajiban-kewajiban, dan (kontinu dalam) meninggalkan apa-apa yang menyebabkan kefasikan berupa perkara-perkara yang diharamkan.
TAMBAHAN FAIDAH.
Apa yang disampaikan oleh syaikh rahimahullah, seorang perawi yang ‘Adl adalah seorang yang meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan. Definisi tersebut adalah datang dari kitab-kitab ushul dan mayoritas kitab-kitab musthalah.
Dan disana terdapat sebagian ahlul hadits yang memberi kritikan terhadap ungkapan tersebut. Diantaranya adalah Al-Khatibul Baghdadi rahimahullah, beliau berkata :
لَمَّا كَانَ كُلُّ مُكَلَّفٍ مِنَ البَشَرِ لاَ يَكَادُ يَسلَمُ مِن أَن يَشُوبَ طَاعَتَهُ بِمَعصِيَّةٍ، لَم يَكُن سَبِيلٌ إِلَى أَلاَّ يُقبَلُ إِلاَّ طَائِعٌ مَحضُ الطَّاعَةِ، لِأَنَّ ذَالِكَ يُوجِبُ أَلاَّ يُقبَلُ أَحَدٌ
Tatkala setiap mukallaf dari kalangan manusia hampir-hampir tidak bisa terlepas dari bercampurnya ketaatannya dengan kemaksiatan, maka (definisi tersebut mengharuskan_pent) tidak ada satu jalanpun yang diterima melainkan hanya seorang yang benar-benar ta’at. Karena hal tersebut mengharuskan tidak ada seorangpun yang bisa diterima. (Al-Kifayah : 1/317)
Ini menunjukan bahwa definisi atau pengertian yang datang dari para pakar ushul dan mayoritas kitab-kitab hadits adalah pendapat yang sangat sulit dan berat. Dimana tak seorangpun yang selamat dari kemaksiatan. Oleh karenanya penulis mengisyaratkan tentang definisi ‘Adl dengan konteks sebagiamana telah berlalu penyebutannya, yaitu :
المُسلِمُ البَالِغُ العَاقِلُ الَّذِي غَلَبَت عَلَيهِ الطَّاعَةُ
Muslim, yang baligh, yang berakal dan mayoritas keadaannya di atas keta’atan. (Syarh Baiquniyah Ar Razihi fashl Shahih Li Dzatih). Wallahu a’lam.
b). Istiqamah Dalam Muru’ah.
Berkata asy-syaikh rahimahullah :
وَاستِقَامَةُ المُرُوءَةِ : أَن يَفعَلَ مَا يَحمَدُهُ النَّاسُ عَلَيهِ مِنَ الآدَابِ وَالأَخلاَقِ، وَيَترُكُ مَا يُذَمُّهُ النَّاسُ عَلَيهِ مِن ذَلِكَ
Dan adapun istiqamah dalam muru’ah yaitu :
Mengerjakan sesuatu yang manusia memuji hal tersebut, berupa akhlak dan adab. Dan meninggalkan sesuatu yang manusia mencela hal tersebut, berupa adab dan akhlak.
FAIDAH TAMBAHAN.
Apa yang disampaikan oleh syaikh rahimahullah berkaitan dengan masalah muru’ah, dimana ini merupakan suatu syarat bagi seorang perawi yang ‘Adl. Hal ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy-Syaukani rahimahullah :
وَالأَولَى أَن يُقَالَ فِي تَعرِيفِ العَدَالَةِ إِنَّهَا التَّمَسُّكُ بِآدَابِ الشَّرعِ
Dan ungkapan yang lebih tepat untuk pengertian ‘Adl-nya seorang perawi adalah berpegang teguhnya ia dengan adab-adab syar’i.
فَمَن تَمَسَّكَ بِهَا فِعلاً وَتَركًا فَهُوَ العَدلُ المَرضِيُّ
Maka barang siapa yang berpegang teguh dengan adab-adab tersebut, baik yang bersifat mengerjakan (yang diperintahkan_pent) maupun meninggalkan (yang dilarang_pent), maka ia adalah seorang yang ‘Adl dan diridhai. (Irsyad Al-Fuhul : 52. Cet : Darul Fikr)
Pensyaratan muru’ah tidak lepas dari dua keadaan. Adakalanya pelanggaran terhadap muru’ah bisa mencacati sifat ‘Adl-nya seorang perawi. Dan adakalanya tidak mencacati sifat ‘Adl-nya, akan tetapi mengurangi nilai kewibawaannya.
Yang pertama :
وَمَن أَخَلَّ بِشَيءٍ مِنهَا، فَإِن كَانَ الإِخلاَلُ بِذَالِكَ الشَّيءِ يَقدَحُ فِي دِينِ فَاعِلِهِ أَو تَارِكِهِ كَفِعلِ الحَرَامِ وَ تَركِ الوَاجِبِ، فَلَيسَ بِعَدلٍ
Dan barang siapa yang melanggar sesuatu dari adab-adab tersebut, apabila pelanggarannya terhadap sesuatu tersebut adalah sesuatu yang mencacati agama yang mengerjakannya, atau mencacati agama yang meninggalkannya, seperti mengerjakan keharaman dan meninggalkan kewajiban, maka ia bukan seorang yang ‘Adl. (Irsyad Al-Fuhul : 52. Cet : Darul Fikr)
KESIMPULAN
Apabila pelanggaran pada muru’ah yang bersifat mengerjakan perbuatan yang haram atau meninggalkan yang wajib, maka hal ini mencacati sifat ‘Adl-nya seorang perawi.
Yang kedua :
وَأَمَّا اعتِبَارُ العَادَاتِ الجَارِيَةِ بَينَ النَّاسِ المُختَلِفَةِ بِاختِلاَفِ الأَشخَاصِ وَالأَزمِنَةِ وَالأَمكِنَةِ وَالأَحوَالِ فَلاَ مُدخَلَ لِذَالِكَ فِي هَذَا الأَمرِ الدِّينِي
Dan apabila (yang diinginkan dengan muru’ah_pent) dari sisi adat dan kebiasaan yang terjadi di tengah-tengah manusia yang beraneka ragam, dengan perbedaan masing-masing person dan perbedaan zaman, tempat dan keadaan, maka sesuatu tersebut (yakni cacat dari sisi muru’ah ini_pent) tidak termasuk dalam perkara agama. (Irsyad Al-Fuhul : 52. Cet : Darul Fikr)
KESIMPULAN
Apabila pelanggaran muru’ah yang bersifat kembali kepada adat dan kebiasaan manusia, lingkungan dan waktu. Dimana hal ini bukan dalam kategori perkara agama. Maka pelanggaran muru’ah ini tidak mencacati sifat ‘Adl-nya seorang perawi. Walaupun mungkin mengurangi nilai kewibawaannya.
Contohnya adalah seperti kebiasaan makan di pasar, atau menyisir rambut saat kajian sedang berlangsung dan yang semisalnya.
Kemudian berkata asy-syaikh rahimahullah :
وَتُعرَفُ عَدَالَةُ الرَّاوِي بِالاستِفَاضَةِ كَالأَئِمَّةِ المَشهُورِينَ : مَالِكٍ وَأَحمَدَ وَالبُخَارِيِّ وَنَحوِهِم، وَبِالنَّصِّ عَلَيهَا مِمَّن يُعتَبَرُ قَولُهُ فِي ذَلِكَ
Dan ‘Adl-nya seorang perawi dapat diketahui dengan :
1). “بِالاستِفَاضَةِ” (yakni dengan tersebar luasnya berita seorang perawi, bahwa ia adalah seorang yang ‘Adl_pent). Seperti para imam yang masyhur : Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Bukhari rahimahumullahu dan yang semisal mereka.
2). “بِالنَّصِّ” (yakni dengan keterangan_pent) tentang ‘Adl-nya seorang perawi dari seorang imam yang ucapannya terakui dalam hal tersebut. (Dalam hal ini adalah keterangan para imam dalam bidang jarh dan ta’dil_pent).
Contohnya bagaimana?
Contohnya tatkala engkau melihat seorang perawi dalam suatu hadits, dan perawi tersebut bukan seorang yang masyhur. Maka untuk mentela’ah apakah ia seorang yang ‘Adl atau tidak, engkau harus melihat keterangan para imam yang berkompeten dalam bidang tersebut. Apa komentar mereka terhadap perawi hadits tersebut.
Wallahu a’lam bish shawab.

Jumat, 05 Juni 2015

Sebab-sebab Pengumpulan al-Qur'an

Alqur’an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT menurunkannya kepada Rosulullah Muhammad SAW, demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rosulullah menyampaikannya kepada para sahabatnya. Para sahabat berlomba-lomba untuk menghafal, memahami dan mengamalkannya dalam aktifitas hidup sehari-hari.
Abu abdirrahman As Sulami meriwayatkan, bahwa orang-orang yang biasa membacakan alqur’an kepada kami, seperti Utsman bin Affan dan Abdullah ibnu Mas’ud serta yang lainnya; apabila mereka belajar sepuluh ayat dari Nabi, mereka enggan melewatinya sebelum memahami dan mengamalkannya. Mereka mengatakan “kami mempelajari alqur’an, ilmu, dan amal sekaligus”.[3]
Oleh karenanya alqur’an dengan sendirinya terjaga di dada para sahabat. Ketika Rasulullah SAW berpulang ke Rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan risalah dan amanah, menasehati ummat serta memberi petunjuk. pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Shiddik ra.
Ketika masa kekhalifahan Abu Bakar, beliau banyak dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa pemurtadan. Karena itu beliau menyusun kekuatan dan mengirimkan pasukan untuk menumpas gerakan tersebut. Dari sekian banyak pasukan yang dihimpun termasuk didalamnya adalah sahabat-sahabat senior yang menyimpan alquran di dalam dadanya.
Dalam peperangan yamamah jumlah yang terbunuh dari pihak musuh adalah 10.000 orang dan ada juga yang meriwayatkan 21.000 orang. Sedangkan dari pihak ummat islam yang terbunuh adalah 600 orang, ada yang mengatakan 500 orang. Diantara yang terbunuh banyak terdapat sahabat Nabi yang senior.[4]Tujuh puluh diantaranya adalah para qori’.
Hal tersebut membuat Umar ibnu Khattab merasa khawatir akan keberlangsungan alqur’an. Lalu ia menghadap khalifah Abu Bakar dan mengajukan usul untuk mengumpulkan dan membukukan Alqur’an.
Proses Pengumpulan Alqur’an
Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan risalah dan amanah, menasehati ummat serta memberi petunjuk. pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Siddik ra
Pada masa pemerintahannya Abu Bakar banyak menghadapi malapetaka, berbagai kesulitan dan problem yang rumit, diantaranya memerangi orang-orang yang murtad (keluar dari agama Islam) yang ada di kalangan orang Islam, memerangi pengikut Musailamah al-Kadzdzab.
Peperangan Yamamah adalah suatu peperangan yang amat dahsyat. Banyak kalangan sahabat yang hafal Al-Qur’an dan ahli bacanya mati syahid yang jumlahnya lebih dari 70 orang huffazh ternama. Oleh karenanya kaum muslimin menjadi bingung dan khawatir. Umar sendiri merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang sedang dalam keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah dengannya) supaya mengumpulkan Al-Qur’an karena khawatir lenyap dengan banyaknya Khuffazh yang gugur, Abu Bakar pertama kali merasa ragu.
Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya ia memandang baik untuk menerima usul dari Umar. Dan Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan tugas yang mulia tersebut, ia mengutus Zaid bin Tsabit dan mengajukan persoalannya, serta menyuruhnya agar segera menangani dan mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushhaf. Mula pertama Zaid pun merasa ragu, kemudian iapun dilapangkan Allah dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar.
Zaid bin tsabit berkata, “ Abu Bakar Ash shidiq mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh pada perang Yamamah. Ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin Khatthab berada disampingnya, maka Abu Bakar berkata, ‘Umar mendatangiku dan berkata,’ Sesungguhnya banyak para Qurra’ penghafal alqur’an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para qorri’ yang masih hidup kelak terbunuh dalam peperangan, dan itu akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat alqur’an, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan untuk segera mengumpulkan dan membukukan alqur’an.[5]
Aku bertanya kepada Umar,’ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rosulullah SAW?, Umar menjawab,’ Demi Allah ini adalah kebaikan!. Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akupun setuju dengan pendapat Umar.[6]
Setelah mengambil keputusan untuk membukukan alqur’an. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan alqur’an dari berbagai tempat penulisan. Baik yang ditulis pada kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal didada kaum muslimin.awal penulisan ini terjadi pada tahun 12 H.
Zaid bin Tsabit berkata,” Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku,’Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh Amanah, dan Engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rosulullah,maka carilah ayat alqur’an yang berserakan dan kumpulkanlah. Zaid berkata,’ Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentu hal itu lebih ringan bagiku dari pada melakukan instruksi Abu Bakar agar aku mengumpulkan alqur’an.”
Aku bertanya,’ Bagaimana kalian melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rosulullah? Dia berkata.’ Demi Allah, ini adalah suatu kebaikan! Dan Abu Bakar terus berusaha meyakinkan aku hingga Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka brdua.
Kemudian Zaid mulai mengumpulkan ayat-ayat alqur’an yang berserakan dan mengumpulkannya menjadi satu buku. Banyak kendala dihadapi, karena menjaga keaslian ayat al qur’an sehingga tidak tercampur dengan perkataan-perkataan yang lain membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi.
Berbekal hafalan yang telah disampaikan kepada Rosulullah ketika masih hidup, Zaid dengan teliti mencari potongan-potongan ayat alqur’an. Termasuk ayat-ayat dari surat At Taubah hingga surat Al Baro’ah yang hanya dimiliki oleh Abu Khuzaiman Al Anshory.
Imam Bukhori telah berkata,” Ibnu Syihab berkata,’ Telah berkata kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit, bahwasannya dia mendengar Zaid berkata,’ Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat Al Ahzab ketika kami menulis alquran dalam satu mushaf. Sementara aku pernah mendengar Rosulullah membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut ada pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshory, maka segera kami sisipkan ke tempatnya didalam mushaf .[7]
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung. (At-Taubah: 128-129).

Kemudian alquran yang telah terkumpul dan menjadi satu buku tersebut diberikan kepada Abu Bakar dan disimpan  hingga Abu bakar wafat. Setelah itu berpindah kepada khalifah Umar bin Khattab dan akhirnya berpindah kepada Hafshah binti Umar ketika Umar syahid.
Ibrah
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari shiroh diatas, antara lain:
1.      Keaslian alqur’an tidak bisa diragukan karena alqur’an dibukukan ketika banyak penghafal alqur’an yang masih hidup. Serta dikerjkan dengan ketelitian yang luar biasa.
2.      Melakukan perbuatan yang tidak dicontohkan oleh Rosulullah tetapi memiliki maslahah yang besar adalah boleh dan bukan bid’ah.
3.      Inisiatif kebaikan adalah hak setiap individu muslim. Tidak harus inisiatif itu berasal dari pejabat maupun pemimpin.
4.      Memberikan pekerjaan kepada ahlinya dan menentukan kriteria terhadap para pemegang amanah sehingga memiliki kualitas kelayakan.
5.      Proses belajar akan lebih efektif dengan cara mengikat ilmu dengan ditulis.
6.      Pengumpulan alqur’an sangat bermanfaat untuk generasi islam setelahnya.

Alam Semesta

1.    Pengertian Alam Semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

2.                 Penciptaan Alam Semesta
a.       Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan. Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini. Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

b.      Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati
“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya` ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan air dari langit.
“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )
Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang  (alien).
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman“ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,  maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3.                  Karakteristik Integral Alam Semesta
·         Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.
·         Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.
·         Ditentukan.
·         Bergantung.
·         Relative.

4.                  Tujuan Penciptaan Alam
Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu, akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
B.     MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)
Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu
a)      Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
b)      Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al An’am : 115,
c)      Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu yang ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk menetapkan semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai berikut :
  • Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)
  • Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
  • Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda
  • Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses
  • Alam diciptakn dengan keteraturan
  • Alam diciptakan dalam keadaan seimbang
  • Alam diciptakan terus berkembang
  • Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
C.                HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA
1.                  Hubungan Historis 
Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke 19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku, unsure, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam semesta.

2.                  Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29 yang artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.”
Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat seluruh alam.”
Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.


D. KESIMPULAN
1.      Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah.
2.      Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.
3.      Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.
4.      Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.
5.      Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.
6.      Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang mengatur alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
7.      Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.