A. Pengertian
Marxisme
Marxisme berasal dari dua kata, yaitu “Marx”
diambil dari nama tokoh marxisme sendiri yaitu Karl Marx. Dan “isme” berarti
paham atau penganut, jadi Marxisme adalah paham yang berpegang pada prinsip
Marx (Penganut).
Marxisme adalah faham
atau ideologi tentang kehidupan dengan kepercayaan bahwa sosio ekonomi adalah
penentunya. Teori ini memberi penekanan kepada kehidupan manusia yang sangat
bergantung dan ditentukan oleh sistem sosio ekonomi yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu, Marxis melihat sejarah dan budaya serta kegiatan ekonomi masyarakat adalah
sangat relevan untuk memahami sesuatu masyarakat.
Marxisme lebih cenderung memahami perilaku masyarakat
khususnya yang berkaitan dengan politik, ekonomi, budaya dan sejarah. Marxisme
tumbuh sebagai kumpulan pemikiran yang hidup dalam realiti politik sebenarnya.
Tokoh penting yang mempelopori teori Marxisme ialah Karl Marx dan Frederick
Engles.
Oleh kerana teori Marxisme banyak membincangkan persoalan sosial dan masyarakat, ideologi dan struktur sosial, teori ini dilihat sangat relevan bagi menjelaskan kemunculan fenomena sastra. Sebagai satu produk sosial, karya kesusasteraan terikat secara langsung dengan sistem sosial, persekitaran masyarakat dan pemikiran pengarang yang menghasilkan karya tersebut. Di sinilah letaknya kesignifikanan teori Marxisme yang pada asalnya sebuah teori ekonomi bagi menjelaskan hubungan kesusasteraan dengan elemen sosial.
Oleh kerana teori Marxisme banyak membincangkan persoalan sosial dan masyarakat, ideologi dan struktur sosial, teori ini dilihat sangat relevan bagi menjelaskan kemunculan fenomena sastra. Sebagai satu produk sosial, karya kesusasteraan terikat secara langsung dengan sistem sosial, persekitaran masyarakat dan pemikiran pengarang yang menghasilkan karya tersebut. Di sinilah letaknya kesignifikanan teori Marxisme yang pada asalnya sebuah teori ekonomi bagi menjelaskan hubungan kesusasteraan dengan elemen sosial.
B. Perkembangan
Teori-Teori Sastra Marxis
Marxisme adalah faham
atau ideologi tentang kehidupan dengan kepercayaan bahawa sosio ekonomi adalah
penentunya. Teori ini memberi penekanan kepada kehidupan manusia yang sangat
bergantung dan ditentukan oleh sistem sosio ekonomi yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu, Marxis melihat sejarah dan budaya serta kegiatan ekonomi masyarakat adalah
sangat relevan untuk memahami sesuatu masyarakat.
Marxisme lebih
cenderung memahami perilaku masyarakat khususnya yang berkait dengan politik,
ekonomi, budaya dan sejarah. Marxisme tumbuh sebagai kumpulan pemikiran yang
hidup dalam realiti politik sebenarnya. Tokoh penting yang mempelopori teori
Marxisme ialah Karl Marx dan Federick Engles. Oleh kerana teori Marxisme banyak
membincangkan persoalan sosial dan masyarakat, ideologi dan struktur sosial,
teori ini dilihat sangat relevan bagi menjelaskan kemunculan fenomena sastera.
Sebagai satu produk sosial, karya kesusasteraan terikat secara langsung dengan
sistem sosial, persekitaran masyarakat dan pemikiran pengarang yang
menghasilkan karya tersebut. Di sinilah letaknya kesignifikanan teori Marxisme
yang pada asalnya sebuah teori ekonomi bagi menjelaskan hubungan kesusasteraan
dengan elemen sosial.
Teori sastra Marxisme yang dikenali pada hari ini banyaknya berbuah dari hasil usaha ahli falsafah Perancis, Louis Althusser dan ahli kritik Pierre Macherey. Pengaruh penting dalam teori kesusasteraan Marxisme tertumpu kepada konsep ideologi sebagaimana yang ditanggapi oleh Louis Althusser menerusi ideanya tentang `ideological state apparatus`.
Dasar pemikirannya bersifat umum. Kesusasteraan
akan dapat difahami dengan betul dan tepat hanya dalam ruang lingkup pemahaman
terhadap realiti sosial. Realiti adalah satu konsep yang luas. Marx
menganggapkan, mengkaji untuk memahami kesusasteraan, tidak akan sempurna jika
ianya dipisahkan dari realiti masyarakat. Realiti mempunyai latar yang jelas
dan berstruktur.Struktur ini pula mempunyai bentuk yang khusus. Bentuk ini
wujud dalam sejarah yang disifatkan oleh Marx dan Engels sebagai kesan daripada
perjuangan kelas sosial dengan jenis pengeluasan ekonominya. Realiti di dalam
teks adalah cerminan realiti dalam masyarakat. Struktur masyarakat bersifat
dialektikal. Masyarakat yang dinamik dan salin bertentangan. Perjuangan kelas
sosial yang bersifat antagonis.Untuk memahami maka, teks kesusasteraan harus
dikaji dengan memberi pemerhatian yang tinggi terhadap aspek dialektikal
itu.
Sosio ekonomi sebagai penentu mutlak. Sebuah
masyarakat ditentukan secara mutlak oleh unsur sosio ekonomi. Sosio ekonomi
dapat dirujuk kepada perhubungan dan perkaitan pelbagai jenis pengeluaran
ekonomi. Asas sosio ekonomi yang menentukan karya. Karya kesusasteraan pula
adalah gambaran (cerminan) tentang apa yang ada dalam sosio ekonomi.
Masyarakat dilihat sebagai berstruktur. Asas
sosio ekonomi yang membentuk struktur. Struktur yang paling tinggi ialah
struktur agung. Struktur agung yang mempengaruhi perubahan sejarah dan
masyarakat. Kesusasteraan diletakkan dalam struktur agung. Struktur agung
inilah yang mencerminkan asas kaitan dengan kesusasteraan.
Bagi
Marx, sastra dan semua gejala kebudayaan lainnya mencerminkan pola hubungan
ekonomi karena sastra terikat akan kelas-kelas yang ada di dalam masyarakatnya.
Oleh karena itu, karya sastra hanya dapat dimengerti jika dikaitkan dengan
hubungan-hubungan tersebut (Van Luxemburg,
1986:24-25). Menurut Lenin, seorang tokoh yang dipandang sebagai peletak dasar
bagi kritik sastra Marxis, sastra (dan seni pada umumnya) merupakan suatu
sarana penting dan strategis dalam perjuangan proletariat melawan kapitalisme.
(D.W Fokkema: )
C. Karya
Sastra sebagai Produk Kekuatan Sosial dan Ideologi
Teori
sastra Marxis meliputi bidang yang luas dan berbasis pada pandangan Marxisme.
Teori ini bersumber pada pandangan Engels tentang ekonomi, sejarah,masyarakat,
dan revolusi. Para ahli sastra telah memanfaatkan Marxisme untuk pendekatan dan
teori sastra yang kemudian terkenal disebut teori sastra Marxis. Teori sastra
Marxis didasarkan pada gagasan bahwa sastra adalah produk dari kekuatan sosial
dan ideologi. Namun, Terry Eagleton menegaskan bahwa "teks sastra bukan
'ekspresi' ideologi, juga bukan ideologi 'ekspresi' kelas sosial. Teks ini
lebih tepat dikatakan sebagai Semua teori sastra Marxis memiliki premis
sederhana yang sama bahwa sastra hanya dapat dipahami dalam kerangka yang lebih
besar dari realitas sosial (Jefferson & Robey, 1987:167). Pada Abad
Pertengahan, karya sastra menggambarkan kehidupan kaum feodal produksi ideologi
tertentu.
Jadi, sastra
memberi kerangka besar bagi realitas masyarakat yang menjadi salah satu sumber inspirasi
bagi parapengarang.
pemikiran di atas berkaitan dengan bagaimana orang memahami karya
sastra dengan pendekatan materialisme dan determinisme, yaitu paham yang
menyatakan bahwa fenomena sosial dapat diangkat ke dalam karya sastra sepanjang
fenomena itu bersifat imajinatif dan menentukan dalam produksi karya sastra.
Dunia sastra Marxis juga mengenalkan konsep komoditas untuk
menggambarkan karya sastra sebagai “barang” yang dikonsumsi.
Dalam
konteks sastra Marxis, pemikiran di atas dirumuskan bahwa hubungan antara
komoditas (karya dan pembaca) dengan produsen (pengarang) adalah sebagai
hubungan sosial, tidak ada hubungan kerja di antara mereka, yaitu tidak ada
saling tukar informasi dan konfirmasi antara keduanya, tetapi yang ada adalah
hubungan antara produk-produk kerja mereka, yaitu hubungan antara penikmatan
karya sastra oleh pembacanya. Marx menggambarkan proses ini juga dikenal
sebagai reifikasi. Masalah reifikasi dalam dunia sastra berkaitan dengan
perbedaan antara bentuk dan isi. Bentuk karya sastra sebagai komoditas harus
sesuai dengan nilai tukar, yaitu kekuatan pembaca, sedangkan isi harus sesuai
dengan nilai penggunaannya, yaitu fungsi sosial karya sastra (bdk. Castle,
2007:109)
Teori sastra
Marxis secara umum berkaitan dengan :
(1)
bentuk materialisme dialektis yang isinya adalah bahwa materi karya
sastra diambil dari realitas sosial yang secara fundamental memiliki asal dalam
bentuk produksi;
(2)
Kekuatan sastra yangterletak pada sejauh mana ia dapat dipahami
dalam kerangka yang lebih luas dari kehidupan masyarakat penciptanya;
(3)
Reifikasi dalam dunia sastra yang membedakan antara bentuk sastra
dan isi sastra, yaitu bentuk berkaitan dengan komoditas (karya dan pembaca),
sedangkan isi berkaitan dengan nilai penggunaan karya sastra dalam kehidupan sosial.
Dalam konteks
sastra, peran penulis atau sastrawan-sebagai kelompok intelektual tradisional-dalam
memproduksi karya sastra cukup sentral dan dominan karena dengan karya-karyanya
itu mereka dapat mempertahankan kondisi sosial masyarakatnya. Williams
menawarkan kemungkinan ketiga, yaitu ideology adalah proses umum produksi makna
dan ide-ide. Williams menyimpulkan bahwa meskipun kesulitan dalam membentuk
definisi tunggal, perlu untuk sampai pada istilah umum tidak hanya produk,
tetapi proses juga penting, termasuk pentingnya nilai-nilai. V.N. Volosinov
menggunakan istilah "ideologis" dan "ideologi" yang mengacu
pada produksi tanda-tanda dan dimensi pengalaman sosial yang mendorong makna
dan nilai dihasilkan.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa ideologi pada prinsipnya merupakan kristalisasi
gagasan menjadi system yang bersifat universal (Kaplan dan Manners, 2000:154)
tentang kehidupan sosial, terutama suprastruktur masyarakat. Dalam penelitian
sastra, di satu pihak peneliti dapat mengungkap ideologi yang dominan dalam
masyarakat melalui simbolsimbol bahasa yang digunakan oleh tokoh utama dan
tokoh bawahan dalam suatu cerita (novel atau cepen). Akan tetapi, di pihak lain
peneliti juga dapat mengungkap ideologi nondominan yang dimiliki oleh
masyarakat masing-masing.
D.
Tokoh-Tokoh Marxisme
1. George Lukacs: Sastra Sebagai Cermin
George Lukacs
adalah seorang kritikus Marxis terkemuka yang berasal dari Hungaria dan menulis
dalam bahasa Jerman. Lukacs mempergunakan istilah "cermin" sebagai
ciri khas dalam keseluruhan karyanya. Sebuah novel tidak hanya mencerminkan
'realitas' tetapi lebih dari itu memberikan kepada kita "sebuah refleksi
realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik"
yang mungkin melampaui pemahaman umum. Sastra tidak mencerminkan realitas
sebagai semacam fotografi, melainkan lebih sebagai suatu bentuk khusus yang
mencerminkan realitas. Dengan demikian, sastra dapat mencerminkan realitas
secara jujur dan objektif dan dapat juga mencerminkan kesan realitas subjektif
(Roman Selden, 1991:27).
Lukacs menegaskan pandangan tentang karya realisme yang
sungguh-sungguh sebagai karya yang memberikan perasaan artistik yang bersumber
dari imajinasi-imajinasi yang diberikannya. Imajinasi-imajinasi itu memiliki totalitas.
Penulis tidak memberikan gambaran dunia abstrak melainkan kekayaan imajinasi
dan kompleksitas kehidupan untuk dihayati untuk membentuk sebuah tatanan
masyarakat yang ideal. Jadi sasarannya adalah pemecahan kontradiksi melalui
dialektika sejarah.
2. Bertold Brecht: Efek
Alienasi
Bertold Brecht adalah seorang dramawan Jerman yang terbakar jiwanya
ketika membaca buku Marx sekitar tahun 1926. Drama-dramanya bersifat radikal,
anarkistik, dan anti borjuis. Sebagai seorang yang anti terhadap paham-paham
realisme sosialis, ia terkenal sebagai penentang aliran Aristoteles.
Aristoteles menekankan universalitas dan kesatuan aksi tragik dan identifikasi
penonton terhadap pahlawan-pahlawan positif untuk menghasilkan 'katarsis'
(pelepasan beban) perasaan.
Menurut Brecht, dramawan hendaknya menghindari alur yang
dihuhungkan secara lancar dengan makna dan nilai-nilai universal yang pasti.
Fakta-fakta ketidakadilan dan ketidakwajaran perlu dihadirkan untuk mengejutkan
dan mengagetkan penonton. Penonton jangan ditidurkan dengan ilusi-ilusi palsu.
Para pelaku tidak harus menghilangkan personalitas dirinya untuk mendorong
identifikasi penonton atas tokoh-tokoh pahlawannya. Mereka harus mampu
menimbulkan efek alienasi (keterasingan). Pemain bukan berfungsi menunjukkan
melainkan mengungkapkan secara spontan individualitasnya (Rahman Selden,
1991:30-32).
sangat bermanfaat (y)
BalasHapusTulisan di atas bermanfaat, saya ucapkan Jazakallah khoirn khatsiron, terima kasih. Terus berkarya! Alangkah baiknya buku rujukan (daftar pustakanya) disertakan pula.. terima kasih
BalasHapusBuku sumbernya apa ya?
BalasHapus