Rabu, 03 Juni 2015

Ulumul Qur'an (Makki dan Madani)

A. Definisi Makkiyah Dan Madaniyah
Ada beberapa pendapat tentang definisi surah Makkiyah dan Madaniyah ini, namun ada tiga pendapat yang masyhur yang akan dijadikan rujukan. Pertama, surat Makkiyah adalah surah yang diturunkan di Mekkah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Sedangkan surat Madaniyah adalah surah yang dirunkan di Madinah. Hanya saja, surah yang turun di daerah sekitar Mekkah untuk selanjutnya dikategorikan sebagai surah Makkiyah, demikian juga dengan daerah-daerah sekitar madinah, maka secara langsung menjadi surah Madaniyah. Klasifikasi ini tentunya berdasar pada lokasi tempat surah tersebut diwahyukan, meski tidak semua surah bisa digeneralisir dalam dua kelompok tadi. Seperti contoh ayat berikut:
Az Zukhruf 45
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ -٤٥-
Artinya:  Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul kami yang Telah kami utus sebelum kamu: “Adakah kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?”
Ayat ini turun di Baitul Maqdis pada malam isro’ dan mi’roj. Maka kemudian dari sini bisa dipahami kalau pembatasan yang menggunakan pendekatan area wahyu turun, maka ayat yang turun selain di Mekkah dan Madinah tidak masuk dalam dua klasifikasi tersebut. [1]
Kedua, ayat Makkiyah adalah yang mengkhitobi penduduk Mekkah, sementara ayat Madaniyah mengkhitobi penduduk Madinah. Ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “Ya Ayyuha Al-Naasu” adalah ayat Makkiyah, sebab kebanyakan penduduk Mekkah terdiri dari kaum kafir, sehingga mereka dikhitobi dengan yang demikian. Sedangkan ayat yang dimulai dengan lafadz”Ya Ayyuha Al-ladziina Aamanu” adalah ayat Madaniyah, karena penduduk Madinah kebanyakan terdiri dari kaum beriman, walau penduduk Madinah tidak semuanya beriman. Sebagian ulama menyamakan “Ya Bani Adam” dengan “Ya Ayyuhan Naasu”.
Penggolongan yang kedua ini mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya adalah, bahwa tidak semua surah dalam Al-Qur’an dimulai dengan lafadz“Ya Ayyuha Al-Naasu”  atau juga lafadz”Ya Ayyuha Al-ladziina Aamanu”, sebagaimana permulaan surah al-ahzab:
Al Ahzab ayat 1
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيماً حَكِيماً -١-

Artinya:  Hai nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
     B.  Macam-Macam Surat Makkiyah dan Madaniah
Al Munaafiquun ayat 1
إِذَا جَاءكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ -١-
Artinya:  Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Selanjutnya, dalam penggolongan ini sebenarnya tidak berlaku secara umum karena pada beberapa kejadian dapat ditemukan surah Madaniyah menggunakan lafadz”Ya Ayyuhan Naasu”,contohnya adalah surah An-Nisa’. Surah ini tergolong Madaniyah.
Maka, sebagian ulama berpendapat mengenai pengertian yang kedua ini bila yang dimaksud surah Makkiyah adalah  kebanyakan surah yang diawali ataupun terdapat lafadz”Yaa Ayyuha An-Nasu”, sementara surah Madaniyah adalah kebanyakan surah yang diawali atau terdapat lafadz”Yaa Ayyuha Al Ladziina Amanu”. [2]
Ketiga, pengertian surah Makkiyah Madaniyah dijelaskan berdasarkan hijrah rasul. Wahyu yang turun sebelum hirah maka disebutlah golongan Makkiyah, sementara yang turun selepas hijrah dinamakan Madaniyah. Landasan yang dipakai para ulama dalam menjelaskan definisi ini adalah surah Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi…
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣-
Artinya:  Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini] orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa] Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ayat ini merupakan wahyu yang turun di Arafah pada haji wada’.
Dan An-Nisa ayat 58,yang berbunyi…..
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ إِنَّ اللّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ سَمِيعاً بَصِيراً -٥٨-
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara mallllDalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok Musyrikin, serta mendebat orang-orang Musyrikin dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
Diantara tanda-tanda yang membedakan bagian Madaniy dan makkiy ialah :
1. Surat dan sebagian ayatnya panjang panjang serta menjelaskan hukum secara jelas dan menggunakan ushlub yang jelas pula.
2. Manjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat-hakikat keagamaan. Seperti permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
3. Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani dan mengajaknya masuk Islam, menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran.
4. Mengungkap langkah-langkah orang munafik
.      
                                                          D. Manfaat Mengetahui Makkiyah Dan Madaniyah
Manfaat mengetahui perbedaan dari dua jenis surah tersebut adalah, bisa membedakan mana yang nasikh dan mansukh. Apabila ada dua ayat atau lebih yang membicarakan obyek yang sama, tetapi kandungan hukumnya berbeda, maka bisa dipahami bila ayat Madaniyah menasikh ayat-ayat Makkiyah karena ayat Madaniyah turun terakhir. Jadi ketetapan hukumnya lebih kuat ayat-ayat Madaniyah.
Manfaat lain dari mengetahui surah Makkiyah dan Madaniyah adalah mengetahui tarikh tasyri’ dan pentahapan dalam pentasyri’an hukum secara umum. Bahwa pada mulanya  Nabi membangun pondasi iman di dalam dakwahnya yang pertama, yaitu di kota Mekkah serta sebelum hijrah. Hal tersebut bertujuan supaya pondasi keagamaan nanti yang akan dibangun benar-benar kuat. Kemudian setelah hijrah, maka tugas Nabi selanjutnya tidak sekedar masalah iman, tapi juga membangun masyarakat Islam, menetapkan hukum-hukum syariat yang bisa jadi belum terjelaskan secara detail sewaktu belum hijrah. [3]
E. Cara Mengetahui Makkiyah Dan Madaniyah
Metode untuk sampai dengan tepat terhadap pemberian identitas apakah ini surah Makkiyah atau Madaniyah, yang paling tepat dan selamat dari segala fitnah adalah dengan naqlis simai(kutipan lisan), yaitu suatu metode mengenali jenis surah yang disandarkan pada periwayatan dari salah satu sahabat periode wahyu, dan mereka menyaksikan turunnya ayat, atau dari para tabiin yang mendengar dari para sahabat sendiri.
Al Baqilani berkata, sebagaimana dikutip kembali oleh Fahd bin Abdirrahman Arrumi:
Pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyah sungguh mengacu pada hafalan para sahabat dan tabiin. Tidak berasal dari nabi sendiri, meski berupa komentar. Sebab beliau tidak diperintahkan, dan allah belum menjadikan hal tersebut suatu ilmu yang menjadi kewajiban umat. Maka kita diwajibkan mengetahui hal tersebut untuk bisa melihat sejarah nasikh mansukh, dan itu diketahui tanpa nash dari rasul. [4]
Di antara contahnya adalah surah Al Anfal 64.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ -٦٤-
Artinya: Hai nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.
Al Bazzar meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ayat tersebut diturunkan setelah Umar masuk Islam. Sehingga ayat ini diketahui sebagai ayat Makkiyah.
Metode yang kedua adalah qiyas ijtihadi, yaitu suatu upaya mengenali surah yang ada melalui karakteristik surah itu sendiri.  Karena tidak semua surah diketahui tempat turunnya, atau tidak semua surah ada periwayatan dari para sahabat terkait di manakah letak turun ayat tersebut. Pemahaman tentang kebudayaan masyarakat Mekkah dan Madinah serta penelitian sejarah yang valid sangat mendukung proses qiyas ijtihadi ini. Hal itu sangat beralasan mengingat pengetahuan akan budaya dan sejarah suatu masyarakat mampu membantu peneliti atau ulama dalam mempermudah tugasnya. Sehingga dari metode ini bisa didapat beberapa jalan untuk dapat mengenali apakah ini termasuk surah Makkiyah, di antaranya adalah:
1.         Setiap surat yang di dalamnya terdapat lafadz kalla, maka ia termasuk Makkiyah. Hikmah dari lafadz kalla adalah, lafadz ini ditujukan pada penduduk Mekkah yang terkenal dengan sikap yang keras kepala, maka lafadz ini bermaksud untuk mengingatkan penduduk Mekkah. Kalimah kalla disebut 33 kali dalam 15 surah, semuanya dalam separo terakhir Al-Quran.
Berbeda dengan penduduk Madinah yang sifat dan tabiat mereka tidak sekeras penduduk Makkah, maka gaya bahasa yang dipakai pun menjadi lain, hal ini menunjukkan bila dalam upayanya merubah kondisi suatu kaum, agama Islam juga memperhatikan aspek budaya suatu masyarakat supaya nilai-nilai agama menjadi lebih mudah dicerna, karena tidak bertentangan dengan budaya mereka.
2.         Setiap surah yang terdapat ayat sajadah adalah surah Makkiyah. Seperti Al-A’raf, Ar-     Ra’d, An-Nahl,Al-Isra’,Maryam, Al-Hajj,Al-Furqon, An-Naml, As-Sajdah, Al-Fushshilat, An-Najm, Al-Insyiqaq, Al-Alaq.
3.         Menurut ijma’ ulama, setiap surah yang dimulai dengan huruf hijaiyyah(tahajji) selain Al Baqarah dan Ali Imran adalah Makkiyah.
4.         Setiap surah yang di dalamnya terdapat kisah para nabi dan rasul kecuali surah Al-Baqarah, karena Al Baqarah adalah surah Madaniyyah.
5.         Semua surah yang menceritakan Adam dan Iblis adalah surah makkIyah, kecuali surah Al Baqarah.
6.         Setiap surah yang dimulai dengan ungkapan Ya Ayyuha An Nasu,kecuali surah Al Hajj.
7.         Surah yang ayatnya pendek-pendek.
8.         Setiap surah yang dimulai dengan qosam, ada lima belas surah yang dimulai dengan qosam, yaitu Ash-Shaffat, Az-Zariat, Ath-Thur,An-Najm,Al-Mursalat, An-Naziat, Al-Buruj,Ath-Thariq,Al-Fajr, As-Syams,Al-Lail,Adh-Dhuha, At-Tin, Al-Adiyat, Al-Ashr.
Sedangkan untuk bisa mengenali surah Madaniyah bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
1.         Surah yang menjelaskan faraidl dan hudud. Urwah bin az-zubair berkata: ayat-ayat yang mengandung hukuman(had) atau kewajiban(faridhoh), sesungguhnya turun di Madinah. Sedangkan Muhammad bin As-Saib Al Kalbi berkata: setiap surah yang disebut di dalamnya had-had(hudud) dan kewajiban-kewajiban(faraidh) adalah Madaniyah.
2.         Surat yang terdapat keterangan tentang Jihad.
3.         Setiap surah yang mengandung penuturan orang munafik, kecuali surah Al Ankabut. Sebelas ayat yang pertama dari surah Al Ankabut merupakan surah Makkiyah, tetapi setelah itu ayat Madaniyah. Makki bin Abu Thalib Al-Qaisi berkata: setiap surah yang di dalamnya disebut(mengenai) orang-orang munafik adalah Madaniyah. Yang lain menambahkan, kecuali pada surah Al-Ankabut.
4.         Setiap surah yang terdapat lafadz Yaa Ayyuhalladziina Amanu.
Dari alqomah, dari Abdullah ibn masud: ya ayyuhalladziina amanu diturunkan di Madinah, sedangkan yang memuat ya ayyuhannas turun di Mekkah….Ibnu Athiyah, Ibnu Al-Faras dan kawan-kawan berkata mengenai kalimah yaa ayyuhalladziina amanu adalah benar, sedangkan mengenai yaa ayyuhannas kadang-kadang juga terdapat pada surah Madaniyah.[5]

F. Surah -surah makkiyah dan madaniyah

Surah-surah Makkiyah yang urutannya sesuai dengan turunnya adalah sebagai berikut.
Al A’la, Al Qalam, Al Muzammil, Al Muddatstsir, Al Fatihah, Al Lahab, At Takwir, Al A’la, Al Lail, Al Fajr, Adl Dhuha, Al Insyirah, Al ‘Ashr, Al ‘Adiyat, Al Kautsar, Al Kautsar, At Takatsur, Al Ma’un, Al Kafirun, Al Fiil, Al Falaq, An Nas, Al Ikhlas, An Najm, ‘Abasa, Al Qodar, Asy Syamsu, Al Buruj, At Tin, Al Quraisy, Al Qariah, Al Qiyamah, Al Humazah, Al Mursalat, Qaf, Al Balad, Ath Thariq, Al Qamar, Shad, Al A’raf, Al Jin, Yasin, Al Furqon, Father, Maryam, Thaha, Al Waqiah, Asy Syu’ara, An Naml, Al Qashash, Al Isra’ Yunus, Hud, Yusuf, Al Hijr, Al An’am, Ash Shaffat, Luqman, Saba, Az Zumar, Ghafir, Fushshilat, As Syura, Az Zukhruf, Ad Dukhan, Al Jaatsiyah, Al Ahqaf, Adz Dzariyat, Al Ghasyiyah, Al Kahf, An Nahl, Nuh, Ibrahim, Al Anbiya, Al Mu’minun, As Sajdah, Ath Thur, Al Mulk, Al Haqqah, Al Ma’arij, An Naba, An Nazi’at, Al Infithar, Al Insyiqaq, Ar Rum, Al Ankabut, Al Muthaffifin.
Menurut Al Khudary, ada lima lagi surah yang termasuk Makkiyah, namun para ulama lain memasukkan surah tersebut ke dalam golongan Madaniyah. Lima surah tersebut adalah:
Az Zalzalah, Ar Ra’d, Ar Rahman, Al Insan, Al Bayyinah.
Sementara surah-surah Madaniyah menurut tertib turunnya adalah sebagai berikut:
·         Al Baqarah, Al Anfal, Ali Imron, Al Ahzab, Al Mumtahanah, An Nisa, Al Hadid, Al Qital, Ath Thalaq, Al Hasyr, An Nur, Al Haj, Al Munafiqun, Al Mujadalah, Al Hujurat, At Tahrim, At Taghabun, Ash Shaf, Al Jumu’ah, Al Fath, Al Maidah, At Taubah, An Nashr. [6]


 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Adzim,Muhammad,Manahil Urfan Fi Ulum Al Qur’an 1(Jakarta:Gaya media Pratama,2002)
Baidan,Nasrudin,Ulumul Qu’an,(Jakarta:Al Huda,2006)
Bey Arifin, Ringkasan Cerita Dalam Al Qur’an(Jakarta:Bulan Bintang,1984)
Fadh bin Abdurrahman,Ulumul Qur’an,pent.Amirul Hasan(Yogjakarta:Titian Ilahi,1996)
Hasbi Ashidiqie, pengantar ilmu Qur’an(Jakarta:Bulan Bintang,1994)
Hamid Abu Zaid.Nasr,Tekstualitas Alqur’an-Kritik Terhadap Ulumul Qur’an(Yogjakarta:Lkis,2005)
Hakim, Baqir, Ulumul Qur’an(Jakarta:Al Huda,2006)
Lewis Bernard, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah,pent.Said Jamzuri(Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya,1994)
Nurkholis, Pengantar Studi Qur’an(Yogjakarta:Teras,2008)
Syihab,M.Quraish,Metode Penelitian Tafsir (Ujung Pandang:IAIN Alauddin,1984)
Syadali,Ahmad,Ulumul Qur’an,(Bandung:Pustaka Setia,2000)
Zuhdi, Masfuk, Pengantar Ulumul Qur’an(Surabaya:Bina Ilmu)



[1] Abdul Adzim,Muhammad,Manahil Urfan Fi Ulum Al Qur’an 1(Jakarta:Gaya media Pratama,2002)

[2] Baidan,Nasrudin,Ulumul Qu’an,(Jakarta:Al Huda,2006)

[3] Fadh bin Abdurrahman,Ulumul Qur’an,pent.Amirul Hasan(Yogjakarta:Titian Ilahi,1996)
[4] Zuhdi, Masfuk, Pengantar Ulumul Qur’an(Surabaya:Bina Ilmu)

[5] Hasbi Ashidiqie, pengantar ilmu Qur’an(Jakarta:Bulan Bintang,1994)              
[6] Syadali,Ahmad,Ulumul Qur’an,(Bandung:Pustaka Setia,2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar